Download eBook
|
Belakangan ini, banyak dibicarakan permasalahan sekitar
objek pemujaan dalam agama Buddha. Penulis, dengan
bantuan dari banyak sumber, berusaha menyajikan artikel
pendek ini dalam bentuk kajian. Artikel ini tidak ditujukan
untuk mengarahkan pembaca untuk memihak pada salah
satu kelompok ataupun mengadili siapa yang benar dan
yang salah, melainkan menyajikan dasar-dasar keberadaan
dan sejarah perkembangan bentuk-bentuk pusat pemujaan
menurut pemikiran buddhis sebagai satu ajaran praktis.
Meskipun artikel ini berjudul ‘buddharûpa’, yang dibahas
di sini tidak berkenaan dengan buddharûpa saja. Bentuk bentuk
pujaan lain yang ada dalam agama Buddha dan
bentuk-bentuk pujaan yang ‘dianggap’ sebagai bentuk
pujaan dalam agama Buddha juga akan dibahas seperlunya.
Bagi kebanyakan umat Buddha, istilah buddharûpa atau
patung Buddha bukan satu hal yang asing lagi. Benda
inilah yang dimengerti sebagai pusat pemujaan utama kita,
umat Buddha. Buddharûpa berarti bentuk atau perujudan
yang mewakili Sang Buddha. Perujudan ini bisa berbentuk
patung, relief, gambar dan lain-lain. Sedangkan, makna yang
lebih lengkap dari kata ‘buddharûpa’ ini adalah: bentuk
atau simbol seseorang yang telah mencapai kebijaksanaan
sempurna oleh Beliau sendiri, seseorang yang menemukan,
mencapai dan membabarkan kebenaran sejati. Ditinjau
dari segi tujuannya, buddharûpa adalah salah satu bentuk
pujaan yang digunakan dalam kegiatan ritual sebagai alat
pengenang keagungan dan kebajikan sang guru junjungan
Buddha Gotama.
Dalam membicarakan masalah buddharûpa, kita tak
lepas membahas istilah ‘cetiya’. Oleh karena, buddharûpa
dalam tradisi buddhis adalah salah satu bentuk dari cetiya.
Apakah ‘cetiya’ itu? Berikut ini adalah bahasannya dalam
agama Buddha. |